Sabtu, 30 Januari 2021

Anda Penikmat Indomie yang Seperti Apa? (Sebuah Tulisan)

 

Tentang Sekte Penikmat Indomie, Agama & Politik

Penulis: M Teguh Pradhana*

 

S

epertinya mayoritas orang Indonesia setuju bahwa Indomie adalah makanan terfavorit pilihan rakyat (Al-fatihah bagi peracik bumbu Indomie yang telah berpulang ke rahmatullah). Indomie menjadi idaman terutama bagi manusia-manusia yang pernah atau sedang menjalani fase hidup nge kos kayak saya ini, Indomie adalah sahabat sejati yang tetap ada di masa sulit. Dalam artikel ini, saya ingin sedikit mengeluarkan isi pikiran tentang Indomie, sedikit juga tentang Agama dan Politik. Ya, sedikit saja karena saya bukanlah seorang agamawan atau politikiawan.

*Dok Pribadi, difoto barusan pakai timer


Jadi begini, menurut sumber yang dapat dipercaya, (akun Twitter yang saya lupa siapa) penikmat Indomie itu terbagi ke dalam 4 golongan. Yang pertama adalah Golongan Konservatif. Penganut golongan ini mempercayai bahwa cara menikmati Indomie terbaik adalah dengan cara memasaknya tanpa menambahi tambahan apapun. Bagi golongan ini, penambahan hal-hal eksternal selain dari dalam bungkus Indomie akan mengganggu rasa original dari Indomie. Golongan kedua adalah golongan penikmat Indomie Progresif. Penganutnya mempercayai bahwa cara terbaik menikmati Indomie adalah dengan cara menambahkan  ke dalamnya macam-macam sayuran seperti sawi, kol atau tomat. Menambahkan telur rebus atau rawit ke dalamnya pun adalah cara paling enak untuk menikmati Indomie. Saya pribadi ada di madzhab penikmat indomie yang ini. Hehe.

Sekte ketiga dalam tatanan penikmat Indomie adalah sekte Radikal. Penganut kepercayaan ini mempercayai bahwa Indomie haruslah dimakan mentah-mentah, tidak perlu direbus, tidak perlu ditempatkan pada mangkok atau piring. Buka bungkusnya, taburkan bumbu-bumbu, remas-remas lalu kocok-kocok dan langsung deh dimakan. Jangan tertawa ya anda. Ngaku aja lah, pasti pernah kan jadi orang yang makan indomie mentah-mentah? Dasar radikal!

Lalu golongan yang terakhir adalah golongan Sesat. Golongan ini adalah golongan yang tidak pernah direstui eksistensinya oleh Imam Besar Indomie. Keberadaan Sekte Sesat tersebut pun tidak dianggap legal, tidak dianggap sah oleh MUI (Majelis Ulama Indomie). Mereka dicap sesat oleh sebab, setiap memakan Indomie mereka selalu mencampurnya dengan nasi. Ibarat sekedar makan Indomie saja tidak cukup untuk penganut golongan ini. Mereka tidak puas dan merasa perlu ditambahi pihak lain berupa nasi yang sama-sama karbohidrat. Menambahkan nasi ketika menikmati Indomie adalah bentuk penistaan hakiki. Oleh karena itulah mereka dicap sesat. Maaf, ternyata di tahun 2020 dan 2021 ini nampaknya telah muncul satu lagi golongan penikmat Indomie yaitu golongan super sesat. Yaitu orang-orang yang makan Indomie dicampur dengan keju, pizza dan bahkan dicampur dengan es krim. Astaghfirullaah...astaghfirullah....astaghfirullah. Benar-benar the end is near.

Anyway, apakah penjabaran tentang sekte-sekte di atas sudah terasa familiar di pikiran kalian? Ya benar. Jika kita lihat ke dalam kehidupan beragama masyarakat Indonesia nampaknya pun sama saja. Bahwa ada kalangan beragama yang betul-betul mengamalkan ajaran yang konservatif, tidak dicampuri apapun. Ada juga orang yang ketika beragama dia telan mentah-mentah apa yang dia dapatkan. Contoh saat scroll-scroll Instagram kemudian ada foto yang berisi caption hadis “Sampaikanlah walau satu ayat..!” Maka sebagai langkah follow up mereka saat menonton youtube dan ustadz nya menyampaikan ayat Wa laa taqrobuzzinaa maka golongan ini akan langsung mendekati semua temannya lalu membisikkan kata sakti, “ini sih aku cuma ngingetin ya, pacaran itu haram lho. Mending ta’aruf. Indonesia wajib terbebas dari pemuda-pemudi yang pacaran. Mending nikah, iya nggak? Walaupun masih muda nggak papaaa... santai... rejeki udah diatur. Daripada pacaran. Zinaaa.... Nanti masuk neraka…maaf sekedar mengingatkan” Dan lain sebagainya.

Lalu ada pula yang progresif dalam beragama. Bergaul dengan semua pemeluk agama-agama lainnya, tidak meninggalkan akar budaya setempat saat berdakwah, merangkul semua jenis metode penggalian hukum-hukum dan lain sebagainya. Mencoba mencari jalan tengah melalui beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Mencoba menahan diri untuk tidak mengatakan, “NERAKA!” ya, gimana. Kita orang juga belum tentu masuk Surga ya ngga? Masa mau masukin orang ke neraka. Hehe

Dan yang terakhir sesat. Saya kira dalam semua agama masing-masing memiliki satu atau bahkan beberapa aliran yang disepakati kesesatannya. Namun sayangnya, dalam masa-masa sekarang definisi kesesatan beragama menjadi sangat bias. Dalam agamaku, Islam, aku mempercayai bahwa sesat itu saat seseorang melenceng dari ibadah-ibadah yang Mahdhoh. Contoh membaca syahadatnya sudah tidak lagi hanya Allah dan Muhammad, namun ditambahi dzat atau makhluk yang lainnya. Bisa juga sesat saat tata cara shalatnya berbeda dengan yang sudah dicontohkan Nabi SAW dan para Sahabatnya, bisa jadi shalat Maghrib dibilang hanya 1 rakaat atau shalat fardhu sehari hanya 1 kali, atau yang paling ekstrem shalat tidak perlu ada gerakan-gerakan; cukup berniat dalam hati mau shalat saja sudah dihitung shalat dan hal-hal yang melenceng lainnya maka barulah menurut saya boleh dibilang sesat.

Nahhh, gais. Sayangnya, dinamika atau kegaduhan politik saat ini di Indonesia ikut-ikutan memperkeruh semangat keagamaan dan keberagaman. Saat ini, apapun yang berkaitan dengan agama akan selalu berujung keruh dan gaduh. Bahkan orang-orang sekarang khawatir untuk mengeluarkan pendapat tentang agamanya, takut untuk bertanya tentang agamanya gara-gara kegaduhan ini sudah lintas tingkatan. Tidak hanya terjadi di para elite tapi juga sudah menjamah ke kalangan bawah. Mengutip salah satu quote terkenal yang disampaikan oleh seseorang... ya pokoknya ada lah seseorang .... (silakan cari sendiri wkwk), bunyinya kira-kira begini;

“Orang Indonesia itu suka sekali bertikai. Berbeda agama bertikai. Sama agamanya bertikai oleh sebab beda imam. Sama Imamnya tetap bertikai oleh sebab beda penafsiran. Sama penafsiran tetap bertikai oleh karena berbeda organisasi”

 

Nah, yang lebih lucu lagi beberapa tahun belakangan ini. Dimana level ketaqwaan manusia secara ajaib bisa diukur lewat pilihan calon presidennya. Dimana seseorang bisa masuk surga katanya kalau pilih *sebut nama* jadi presiden. Kan lucu ya? Lucu, tapi ya bukan tertawa lepas yang aku lakukan, justru ketawa miris. Yah, jadi ingat deh kejadian nangis-nangis saat baca puisi lalu viral.

Istilah mabok agama pun mulai viral dalam kalangan Bangsa Indonesia. Dalam artian, orang-orang tersebut kenapa demen banget ya menyangkutkan hal yang sedang happening dengan agama dan atau disangkutpautkan pada pilihan calon presidennya. Contoh, ada musibah pesawat jatuh katanya karena manusia gaya-gayaan mau menandingi kuasa Tuhan karena kodrat manusia ada di tanah. Ada musibah gempa bumi dan tsunami malah dibilang karena Allah murka sebab ngga ganti-ganti presiden. Dan beberapa statemen-statemen lainnya yang bikin “hadehhhhh”

Terkadang aku berpikir keras kenapa manusia-manusia Indonesia bisa menjadi seperti ini. Dan pada akhirnya aku berpikir …. “Mungkin karena orang-orang itu tidak pernah makan Indomie rasa Ayam Bawang, terus kuahnya diduyup sampai habis, makanya ngga bisa santai.” Gumamku.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give your comment here, please

LJK Kuis Bhs. Inggris Set 1

  Ku Peluk Hatimu - NOAH Soal bisa dilihat di pdf yang sudah saya kirimkan LJK Kuis set-1 klik aja disini