Jumat, 06 November 2020

KARAKTERISTIK BAHASA NGAPAK

 

*dok pribadi


Hai, teman-teman....

B

agaimana kabarmu hari ini? Insyaallah dalam keadaan baik dan sehat ya. Aamiin. Apakah kamu sudah menonton video belajar bahasa ngapak yang pertama? Kalau belum kamu bisa klik di tautan berikut ini ya → Video Ngapak Ep.1 Tonton ya, isinya tentang diksi-diksi unik bahasa ngapak yang ada di Desa Grinting Kabupaten Brebes. Kalau kamu lebih suka membaca ketimbang menonton video, kamu bisa baca artikelnya di tautan ini → Artikel Ngapak Ep.1

            Nah, untuk hari ini saya akan mengajak kamu untuk berdiskusi tentang karakteristik bahasa ngapak. Dalam semua bahasa pasti akan selalu punya karakternya masing-masing ya kan? Begitu pula dengan bahasa ngapak. Berikut ini adalah beberapa karakter bahasa ngapak khas daerah Brebes yang bisa saya sampaikan berdasarkan pengamatan bertahun-tahun.

1.        Apa adanya

Apa adanya disini memiliki artian antara bahasa tulis dengan bahasa lisan itu sama saja. jika kalian belajar bahasa Inggris pasti sering kan menemukan kasus tulisannya apa tapi dibacanya apa. Begitupula dalam bahasa Korea, bahasa India, bahasa Perancis dan lain-lain. Bahasa Jawa sendiripun ada beberapa yang antara tulisan dengan pengucapannya berbeda. Terutamanya bagi masyarakat Jawa Tengah & Jawa Timur non-ngapak speakers. Contoh:

Bahasa Tulis

Dalam bahasa lisan

Apa

“opo”

Menawa

“menowo”

Pada

“podho”

Bahkan ada satu daerah disana yang menyebut loro dengan “loru”. Nah, hal-hal seperti itu tidak ditemukan dalam bahasa ngapak di region saya. Lara ya diucapkannya lara, pada ya pada.

     Namun, khusus untuk kata bapak huruf K tidak dibaca. Jangan percaya sama artis-artis yang bilang bapane dengan bapakke, ya... because we don’t do that here. Kami mengucapkan bapak dengan bapa. Disini juga lebih banyak orang yang memanggil orang tuanya dengan “Bapak-Mama”. Walaupun secara kebahasaan seharusnya bapak berpasangan dengan ibu dan mama berpasangan dengan papa

 

2.        Intonasi

Orang-orang sini ketika berbicara terkadang terdengar seperti bernada. Hal itu disebabkan oleh karena penambahan intonasi. Bukan sembarang intonasi, tapi dengan flow naik-turun yang dinamis. Bahkan terkadang ada orang-orang yang menambahkan intonasi dengan tujuan untuk menjeda omongan dan intonasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mengingat-ingat kata apa yang akan dia ucap. Untuk lebih jelasnya silakan simak di video ini. → Karakteristik Bahasa Ngapak.

 

3.        Penggunaan Anuk

Menyambung kalimat terakhir pada poin sebelumnya, terkadang orang-orang sini juga secara sengaja atau tidak sengaja menjadikan kalimatnya menjadi sebuah kalimat yang tidak selesai dengan cara menggunakan kata anuk. Anuk dibaca apa adanya termasuk huruf K nya juga. Kata anuk ibarat senjata untuk menyelesaikan kalimat yang tidak selesai. Contoh, “Kakange koen ya asline bener ngongkon kaya kuwe tapi ya~ ...anuk.” (Kakakmu tuh udah bener nyuruh kamu begitu, tapi yaa... anuk.)

Anuk juga bisa digunakan saat si pembicara merasa bahwa level pragmatiknya lawan bicara sama dengan levelnya. Bahasa lainnya; anuk adalah pronoun dari kata yang tidak ada, namun si pembicara menganggap lawan bicaranya tau apa yang dia maksud dengan kata anuk. Contoh; “koen wis mangan durung? Angger durung ya anuk ndisit oh...” (Kamu udah makan belum? Kalau belum yaa anuk dulu.” disini si pembicara menganggap bahwa lawan bicaranya tahu bahwa anuk yang dimakasud adalah makan. Kapan saja kamu lupa diksi, mau nyebut kata tapi lupa, maka katakan saja anuk. Ok? “emmmmm, Siti. Aku.... aku.... anuk.... karo koen.” “Iya mas aku ngerti, tapi aku pan anuk ndisit.”

Kata anuk juga dapat kamu gunakan untuk menyebutkan keterangan waktu yang kamu anggap lawan bicaramu sudah tahu tepatnya kapan. Contoh, “Lagi anuk sih ....” artinya, “waktu itu sih..”

 

4.        Penggunaan “oh”

“Oh” bukanlah sebuah kata tapi lebih cenderung sebagai pelengkap / akhiran kalimat. Digunakan untuk menguatkan perintah, anjuran atau larangan dan diucapkan menggunakan nada. Contoh;

Bentuk

Contoh kalimat

Perintah

Joganne kotor disapu ndisit oh..”

Anjuran

Coba takon bae oh...”

Larangan

Aja kaya kuwe oh dadi uwong.”

Penegas (lah / dong)

Siapa yang rugi? “ya aku oh sing rugi.”

 

Oke, itulah beberapa karakteristik bahasa ngapak khas daerah saya yang mungkin bisa kamu praktekan di percakapan sehari-sehari. Semoga bermanfaat bagi khazanah keilmuan bahasa kamu ya. Jangan lupa untuk follow blog ini untuk mengetahui artikel-artikel lain tentang bahasa ngapak, bahasa Inggris dan my random thoughts. Boleh juga mendukung saya dengan cara klik tombol subscribe di channel youtube saya → Channel Youtube: INISIAL TG, jangan lupa juga untuk ditonton video-video saya, like-comment-share juga aja klalen oh~

            Ora ngapak, keplak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give your comment here, please

LJK Kuis Bhs. Inggris Set 1

  Ku Peluk Hatimu - NOAH Soal bisa dilihat di pdf yang sudah saya kirimkan LJK Kuis set-1 klik aja disini